Sabtu, 07 Mei 2011


Adab Majelis Ilmu

Jumat, 6 Mei 2011 22:54:53 WIB
Kategori : Al-Ilmu

Kesungguhan dan semangat yang tinggi dalam menghadiri majelis ilmu tanpa mengenal lelah dan kebosanan sangat diperlukan sekali. Janganlah merasa cukup dengan menghitung banyaknya. Akan tetapi hitunglah berapa besar dan banyaknya kebodohan kita. Karena kebodohan sangat banyak, sedangkan ilmu yang kita miliki hanya sedikit sekali. Lihatlah kesemangatan para ulama terdahulu dalam menghadiri majelis ilmu. Abul Abbas Tsa’lab, seorang ulama nahwu berkomentar tentang Ibrahim Al Harbi,“Saya tidak pernah kehilangan Ibrahim Al Harbi dalam majelis pelajaran nahwu atau bahasa selama lima puluh tahun”. Lantas apa yang diperoleh Ibrahim Al Harbi? Akhirnya beliau menjadi ulama besar dunia. Ingatlah, ilmu tidak didapatkan seperti harta waris. Akan tetapi dengan kesungguhan dan kesabaran. Alangkah indahnya ungkapan Imam Ahmad bin Hambal,“Ilmu adalah karunia yang diberikan Allah kepada orang yang disukainya. Tidak ada seorangpun yang mendapatkannya karena keturunan. Seandainya didapat dengan keturunan, tentulah orang yang paling berhak ialah ahli bait Nabi n ”. Demikian juga Imam Malik, ketika melihat anaknya yang bernama Yahya keluar dari rumahnya bermain,“Alhamdulillah, Dzat yang tidak menjadikan ilmu ini seperti harta waris”.

Perbedaan Yang Wajib Diimani

Kamis, 5 Mei 2011 22:23:46 WIB
Kategori : Wanita : Muslimah

Laki-laki dan perempuan, menurut kodrat, syari’at, indra dan akal, jelas-jelas berbeda. Baik secara fisik, nilai-nilai maupun ketetapan syari’at untuk masing-masingnya. Mengapa? Sebab Allah Azza wa Jalla telah menciptakan jenis manusia menjadi dua jenis, laki-laki dan perempuan. Keduanya sama-sama berhak menghuni dunia, tetapi menurut kekhususan masing-masing. Keduanya sama-sama berhak meramaikan bumi dengan peribadatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam hal ini, secara umum tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Tentang tauhid, aqidah, iman, Islam, pahala dan siksa. Begitu pula tentang hak dan kewajiban syari’at secara umum. Akan tetapi, Allah Azza wa Jalla juga telah menetapkan takdir bahwa laki-laki tidak sama dengan perempuan. Mulai dari bentuk fisik, gerak-gerik sampai sifat-sifatnya. Dalam diri laki-laki ada pembawaan kekuatan fisik yang lebih sempurna. Sementara pada diri perempuan tidak sekuat laki-laki. Sebab perempuan harus mengalami haid, hamil, melahirkan, menyusui, mengurusi anak yang disusuinya dan melakukan pendidikan bagi lahirnya generasi masa depan. Itulah, mengapa wanita dicipta dari tulang rusuk Adam Alaihissallam. Jadi wanita adalah bagian dari laki-laki, pengikut laki-laki dan merupakan nikmat bagi laki-laki. Sementara laki-laki mendapat kepercayaan mengurus kebutuhan wanita, menjaga dan memberikan nafkah kepadanya dan kepada keturunannya.

Orang Awam : Antara Taklid Dan Ijtihad

Rabu, 4 Mei 2011 21:48:04 WIB
Kategori : Fokus Utama

Membicarakan orang awam, maka tidak terlepas dari salah satu persoalan yang berhubungan dengan masalah taklid. Atau bagaimana cara melaksanakan dan memandang perkara-perkara keagamaan yang belum dipahami, sehingga memerlukan rujukan untuk mengetahui ilmunya. Karena pada umumnya orang awam, memang kebanyakan tidak menguasai permasalahan. Kadang ada yang terlampau eksplosif melakukan aksi dalam bentuk perbincangan adu argumentasi, bahkan fisik ataupun aksi lainnya yang mungkin justeru menjauhkannya dari kaidah syariat. Barangkali ada yang berdalih, bukankah setiap muslim mempunyai kewajiban yang sama untuk saling menyampaikan kebenaran? Pernyataan ini tidak keliru. Akan tetapi, hendaklah setiap muslim juga harus memahami terhadap kemampuan dan posisi dirinya. Apakah sebagai ulama, penguasa, qadhi, penuntut ilmu atau sebagai orang awam (rakyat biasa)? Sebab, masing-masing memiliki tugas, kewajiban dan kewenangan yang berbeda. Dan setiap amal perbuatan itu harus dilandasi dengan hujjah. Lantas bagaimana seseorang harus mengambil hujjah? Terlebih bagi seorang awam; bertaklid ataukah mendasarkan kepada ilmu ‘sebatas’ yang diketahuinya?

Hukum Memberi Salam Kepada Orang Yang Sedang Shalat

Selasa, 3 Mei 2011 23:07:33 WIB
Kategori : Shalat

Pendapat yang diambil oleh Imam As-Syaukani merupakan pendapat yang benar. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud dari bapaknya dari kakeknya : Bahwasanya ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang shalat, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salam. Kemudian (pada kesempatan yang lain-pent) ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang shalat, namun beliau tidak menjawab salamnya. Abdullah menyangka, bahwa Rasulullah kecewa kepadanya. Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, ia berkata,“Wahai Rasulullah, saya pernah mengucapkan salam kepadamu, sedangkan anda dalam keadaan shalat, lalu anda menjawab salam saya. Kemudian saya mengucapkan salam kepadamu, sedangkan anda dalam keadaan shalat, namun anda tidak menjawab. Saya menyangka, bahwa hal itu karena kekecewaan kepada saya.” Beliau menjawab,“Tidak, akan tetapi kita dilarang untuk berbicara ketika shalat kecuali (membaca-pent) Al Qur’an dan dzikr. Syaikh Al Albani rahimahullah berkata: Laki-laki yang mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut ialah Abdullah bin Mas’ud, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Abdullah bin Mas’ud.

Hak Dan Kekhususan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Minggu, 1 Mei 2011 23:01:26 WIB
Kategori : Hadits

Termasuk hak Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah membesarkan dan memuliakannya serta mengagungkannya dengan pengagungan yang sesuai baginya tanpa berlebih-lebihan atupun mengurangi. Memuliakan beliau ketika hidupnya adalah dengan memuliakan sunnahnya dan diri beliau yang mulia. Memuliakan beliau setelah wafatnya adalah dengan memuliakan sunnah dan syari’atnya yang lurus ini. Barang siapa mengetahui para sahabat beliau menghormati dan memuliakan beliau maka dia akan tahu bagaimana seharusnya memuliakan beliau, bagaimana para sahabatnya yang mulia bersikap terhadap beliau dan melaksanakan haq-haq beliau. Berkata ‘Urwah Ibnu Mas’ud kepada Quraisy ketika beliau diurus untuk menyampaikan apa yang dari Rasul pada perjanjian Hudaibiyah, dia berkata : Aku sudah masuk atas raja-raja, kaisar dan pembesar serta Najasyi, maka aku tidak melihat seorangpun dari mereka yang diagungkan oleh para sahabatnya sebagaimana Rasulullah diagungkan oleh para shahabatnya. Apabila mereka diperintah mereka bersegera untuk melaksanakan perintahnya, apabila beliau berwudhu, hampir para shahabat itu berkelahi karena memperebutkan air wudhu beliau, apabila beliau berbicara mereka menundukkan suara-suara mereka di sisinya dan tidaklah mereka menunjukkan pandangan kepada beliau dikarenakan pengagungan mereka.

Mengenal Siroh (Sejarah) Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Sabtu, 30 April 2011 23:36:43 WIB
Kategori : Al-Masaa'il

Rasulullah sebagai sosok teladan yang baik merupakan pribadi yang harus kita ketahui perjalanan hidupnya sejak beliau lahir sampai wafat. Mengetahui sejarah beliau merupakan satu kewajiban yang dibebankan kepada umat ini karena beliau adalah perantara dan penafsir Alquran secara perkataan dan perbuatan, sehingga tidaklah mungkin kita dapat memahami ajaran agama kita tanpa mengetahui sejarah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, kaum muslimin sejak masa-masa pertama perkembangan Islam telah sibuk mempelajari siroh Rasulullah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada beliau dan pada masa-masa beliau hidup serta bersungguh-sungguh menukil hal-hal tersebut dengan penukilan yang teliti dan akurat baik dalam buku-buku hadits dan siroh, atau buku-buku sejarah umum. Sudah tidak diragukan lagi bahwa sejarah (siroh) Rasulullah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan bidang yang sangat penting yang digeluti kaum muslimin dahulu dan sekarang, dan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa menjadi tempat perhatian kaum muslimin karena siroh Rasulullah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan aplikasi kongkrit dari syariat Ilahi dan penjelas hukum-hukumnya. Dan dari sini muncullah perhatian yang sangat besar dari kalangan ulama Islam untuk mempelajari, meneliti, dan menulis buku-buku dan referensi sejarah beliau Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

First  Prev  1  2  3  4  5  6  Next  Last

Tidak ada komentar:

Posting Komentar